Minggu, 07 Februari 2016

SISTEM PERNAPASAN PADA SERANGGA



SISTEM PERNAPASAN PADA SERANGGA

v  Tujuan : mengetahui volume udara pernapasan pada jangkrik

v  Alat dan bahan :

1.      Resipirometer sederhana
2.      Neraca
3.      Jangkrik
4.      Kristal NaOH (KOH)
5.      Larutan eosin
6.      Palatisin/malam
7.      Kapas
8.      Pipet tetes
9.      stopwatch

v  Langkah kerja :
1)   Timbanglah jangkrik yang akan dipakai untuk praktikum
2)    Bungkuslah Kristal NaOH/KOH dengan kapas, lalu masukkan dalam tabung respirometer.
3)    Masukkan jangkrik yang telah ditimbang beratnya ke dalam botol respirometer, kemudian tutup dengan pipa berskala.
4)    Oleskan vaselin/plastisin pada celah penutup tabung.
5)    Tutup ujung pipa berskala dengan jari kurang lebih satu menit, kemudian lepaskan dan masukkan setetes eosin dengan menggunakan pipet /syiring.
6)     Amati dan catat perubahan kedudukan eosin pada pipa berskala.
7)    Lakukan percobaan yang sama (langkah 1 sampai dengan 6) menggunakan jangkrik dengan ukuran yang berbeda.

v  Data pengamatan

No
Jenis serangga
Berat
Kedudukan miosin pada saat menit ke
Rata-rata
1
Jangkrik
0.5
2
1
1
0.5
0.5

2
Jangkrik
0.7
2
1
1
1
1



v  Pembahasan  :
Dalam percobaan ini, khususnya pada percobaan yang menggunakan respirometer, digunakan larutan KOH. Fungsi dari larutan ini adalah untuk mengikat CO2, sehingga pergerakan dari larutan eosin benar-benar hanya disebabkan oleh konsumsi oksigen. Adapun reaksi yang terjadi antara KOH dengan CO2 adalah sebagai berikut:
KOH + CO2 → K2CO3 + H2O
Setelah itu serangga dimasukkan ke dalam tabung dan tabung ditutup dengan bagian yang berskala rapat-rapat. Untuk mengetahui penyusutan udara dalam tabung, pada ujung terbuka pipa berskala diberi setetes larutan eosin. Larutan eosin ini akan bergerak ke arah tabung spesimen karena terjadinya penyusutan volum udara dalam ruang tertutup (tabung spesimen) sebagai akibat pernapasan, yaitu O2 diserap sedangkan CO2 dihembuskan tetapi lalu diserap oleh KOH. Kecepatan larutan eosin itu bergerak ke dalam menunjukkan kecepatan pernapasan organisme (serangga) yang diselidiki.
Perhitungan dilakukan untuk memperoleh angka kecepatan respirasi organisme tertentu dalam ml tiap satuan waktu. Data yang diambil adalah lama pernapasan. Dalam percobaan ini diambil tiap  1 menit sekali dan jarak yang ditempuh oleh larutan eosin bergerak. Pada hitungan kenaikan interval kedua, dicari dengan interval 2 dikurangi interval 1 dan begitu seterusnya untuk mencari kenaikan nilai interval berikutnya.
Keberhasilan percobaan atau eksperimen ini tergantung pada bocor tidaknya alat. Pada percobaan ini, hubungan antara tabung dan bagian berskala ditutup rapat menggunakan plastisin. Tujuan pemberian plastisin atau vaselin yaitu agar hubungan antara tabung dan bagian bersekala licin serta udara tidak dapat keluar masuk.
Pada percobaan ini, perubahan suhu udara (bila menjadi panas) menyebabkan titik air yang sudah bergerak ke arah tabung dapat bergerak kembali ke arah luar. Oleh karena itu percobaan ini diadakan dalam waktu perubahan suhu tidak besar. Sebaliknya bila suhu menurun, tetes air cepat bergerak ke arah tabung spesimen.
Sebelum disimpan, spesimen hewan dikembalikan ke tempatnya dan KOH yang biasanya meleleh segera dikeluarkan dan tabung dicuci bersih. Jika kurang bersih dan tabung tertutup, maka akan terjadi respirometer tak dapat dibuka lagi, karena merekat oleh KOH.
Faktor- faktor yang mempengaruhi laju respirasi:
1.)    Jenis kelamin
Belalang atau jangkrik  betina dan belalang jantan memiliki kecepatan respirasi yang berbeda.
2.)    Ketinggian
Ketinggian mempengaruhi pernapasan. Makin tinggi daratan, makin rendah O2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup belalang. Sebagai akibatnya belalang pada daerah ketinggian memiliki laju pernapasan yang meningkat, juga kedalaman pernapasan yang meningkat.
3.)    Ketersediaan Oksigen.
Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun besarnya pengaruh tersebut berbeda bagi masing-masing spesies dan bahkan berbeda antara organ pada tumbuhan yang sama. Fluktuasi normal kandungan oksigen di udara tidak banyak mempengaruhi laju respirasi karena jumlah oksigen yang dibutuhkan tumbuhan untuk berespirasi jauh lebih rendah dari oksigen yang tersedia di udara.
4.)    Suhu.
Serangga mempunyai alat pernapasan khusus berupa system trachea yang berfungsi untuk mengangkut dan mengedarkan O2  ke seluruh tubuh serta mengangkut dan mengeluarkan CO2 dari tubuh. Trachea memanjang dan bercabang-cabang menjadi saluran hawa halus yang masuk ke seluruh jaringan tubuh oleh karena itu, pengangkutan O2 dan CO2 dalam system ini tidak membutuhkan bantuan sitem transportasi atau darah. Udara masuk dan keluar melalui stigma, yaitu lubang kecil yang terdapat di kanan-kiri tubuhnya. Selanjutnya dari stigama, udara masuk ke pembuluh trachea yang memanjang dan sebagian ke kantung hawa. Pada serangga bertubuh besar terjadinya pengeluaran gas sisa pernafasan terjadi karena adanya pengaruh kontraksi otot-otot tubuh yang bergerak secara terat
5.)    Berat Tubuh
Hubungan antara berat dengan penggunaan oksigen berbanding lurus. Karena setiap makhluk hidup membutuhkan O2 (Oksigen) dalam jumlah yang besar. Semakin berat serangga semakin cepat pergerakan larutan eosin pada pipa berskala, begitupun sebaliknya, semakin ringan serangga maka semakin lambat pergerakan larutan eosin pada pipa berskala. Ini artinya semakin berat tubuh serangga, akan semakin banyak membutuhkan oksigen sehingga akan semakin cepat pernafasannya. Sebaliknya, semakin ringan tubuh serangga akan semakin lambat respirasinya. Seperti halnya manusia apabila dia berbadan gemuk dia lebih banyak membutuhkan oksigen sehingga akan bernafas cepat.
Pada hasil praktikum di atas, jelas sekali bahwa ukuran tubuh belalang atau jangkrik mempengaruhi laju pernapasan. Semakin besar ukuran dan berat tubuh maka semakin cepat pernapasannya. Walaupun diatas ada sedikit kegagalan yaitu pernapasan pada belalang yang ukurannya lebih besar dan lebih berat daripada jangkrik, memberikan hasil yang tidak sebagaimana mestinya. Karena pada belalang yang berukuran lebih besar daripada jangkrik melakukan aktifitas yang berkemungkinan banyak melakukan pergerakkan,sehingga membutuhkan banyak pernafasan dan oksigen. Ternyata aktifitas yang banyak bergerak dari serangga juga memengaruhi laju pernapasan. Akan tetapi, hasil praktikum menunjukkan bahwa belalang yang berukuran lebih besar pernafasannya lebih lambat daripada jangkrik. Seharusnya semakin berat/ besar  ukuran serangga, oksigen yang butuhkan akan semakin banyak karena untuk melakukan aktifitas yang banyak bergerak sehingga laju respirasinya akan lebih cepat.
Pada pembahasan tersebut dapat diketahui bahwa data hasil praktikum yang telah kami buat belum sepenuhnya akurat. Kesalahan atau kegagalan percobaan dapat disebabkan karena :
ü  Alat praktikum tidak berfungsi secara maksimal/ rusak.
ü  Adanya air dalam respirometer yang menghambat laju respirasi
ü  Serangga yang digunakan sudah tidak bugar/ sehat atau serangga diambil sehari sebelum praktikum

v  Kesimpulan
1.      Udara yang dihirup oleh serangga atau insekta adalah oksigen.
2.      Semakin besar serangga, maka semakin banyak juga udara yang di butuhkannya.
3.      Semakin kecil serangga, maka semakin kecil udara yang dibutuhkannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar